kelas memasak lilian
erica bauermeister
bentang, september 2009
230 halaman
kamis 26/9 (1:22 pm)
sebelum mulai membahas buku yang satu ini, mari luangkan waktu sejenak untuk berdiam diri, menutup mata dan mengucap syukur, karenaa.. oh, babeee.. akhirnyaaaaaa.. gua berhasil juga menyelesaikan membaca nih buku, huahahahahahahahahahaha :))
ya amplopp.. asli dhe, walau tebalnya itu hanya 200an halaman, ga tau kenapa gua beleeeetttss bangets bacanya! padahal gua inget bangets ketika baca lembar2 pertama, ada sensasi rasa menyenangkan yang membuat gua seakan bisa mencium aroma dari bahan makanan yang disebutkan. i know this might sound weird, hahaha.. tapi itu yang gua rasakan :D
dan 'kelas memasak lilian' ini membuat gua menyadari bahwa ngga semua buku itu bisa diperlakukan dengan sama.. ada buku2 tertentu yang otree2 its dibaca dengan cepat tanpa perlu dicerna.. ibarat makan tuh yaa, tinggal gigit beberapa kali terus langsung telan dhe.. atau kaya makan bubur, ngga ada yang merasa perlu memakan bubur dengan mengunyahnya sebanyak 32 kali dulu sebelum ditelan khan?
*hahahaha.. perumpamaan yang asal yaa? :p*
tapi 'kelas memasak lilian' ngga bisa diperlakukan seperti itu.. seperti tulisan2 yang suka ada di kardus, 'kelas masak lilian' itu must be 'handle(d) with care', ahahahaha.. setidaknya sih buat gua yaa!
mungkin itu salah satu sebab kenapa gua ngga bisa menyelesaikan membaca nih buku dengan cepat, karena mindset gua saat mulai membacanya adalah : gua harus menyelesaikannya dengan cepat lalu menulis review-nya untuk kemudian move on ke buku berikutnya, ahahahahaha..
jelas ga match bangets ama ritme nih buku sendiri :p
jadilah gua membacanya sambil diselingi buku2 lain, walau lebih banyak dianggurin sih, tapi lucunya, ketika kembali melanjutkan baca, ada semacam rasa akrab dan hangat ketika mulai menenggelamkan diri lagi dalam kehidupan tokoh2 yang dibahas di 'kelas memasak lilian'.
uniknya dari nih buku yang menampilkan kisah dari 8 kisah (satu kisah lainnya adalah mengenai lilian, jadi total kisahnya ada 9) dari peserta kelas masak yang diadakan sebulan sekali oleh lilian di restonya setiap hari senin pada saat restorannya tutup.
cerita bermula dari lilian, lalu disusul oleh claire dan berturut2 carl, antonia, tom, chloe, isabelle, dan helen pun mengekor, ditutup dengan ian.
yang menjadikan buku ini menarik juga karena ada kaitan di antara beberapa pesertanya, semisal carl dan helen yang adalah pasangan suami istri dan di kedua kisah diceritakan mengenai pengkhianatan yang dilakukan oleh helen dalam pernikahan mereka, yang artinya kisah yang sama dikisahkan dalam dua sisi dan sudut pandang yang berbeda! lalu ada juga ibu dan anak yang sama2 mengikuti kelas memasak ini, bisa tebak ga siapakah mereka ituu? dan psstt.. tahukah kalian bahwa ada cinta yang bersemi di antara harum masakan yang mengisi paru2 para peserta di setiap hari senin?
banyak hal yang bisa dipetik dari buku ini, beberapa di antaranya pernah gua ceritakan di "scene on three" yang ini dan ini serta satu lagi menyusul untuk "scene on three" di edisi 30 september nanti, upppss.. jadi bocor duluan dhe, hahahahahaha :))
anywayy.. kemaren pas menghabiskan sisa halaman nih buku, ada lagi adegan lainnya yang menurut gua menarik, yang akan gua share di postingan ini..
sebelum mulai membahas buku yang satu ini, mari luangkan waktu sejenak untuk berdiam diri, menutup mata dan mengucap syukur, karenaa.. oh, babeee.. akhirnyaaaaaa.. gua berhasil juga menyelesaikan membaca nih buku, huahahahahahahahahahaha :))
ya amplopp.. asli dhe, walau tebalnya itu hanya 200an halaman, ga tau kenapa gua beleeeetttss bangets bacanya! padahal gua inget bangets ketika baca lembar2 pertama, ada sensasi rasa menyenangkan yang membuat gua seakan bisa mencium aroma dari bahan makanan yang disebutkan. i know this might sound weird, hahaha.. tapi itu yang gua rasakan :D
dan 'kelas memasak lilian' ini membuat gua menyadari bahwa ngga semua buku itu bisa diperlakukan dengan sama.. ada buku2 tertentu yang otree2 its dibaca dengan cepat tanpa perlu dicerna.. ibarat makan tuh yaa, tinggal gigit beberapa kali terus langsung telan dhe.. atau kaya makan bubur, ngga ada yang merasa perlu memakan bubur dengan mengunyahnya sebanyak 32 kali dulu sebelum ditelan khan?
*hahahaha.. perumpamaan yang asal yaa? :p*
tapi 'kelas memasak lilian' ngga bisa diperlakukan seperti itu.. seperti tulisan2 yang suka ada di kardus, 'kelas masak lilian' itu must be 'handle(d) with care', ahahahaha.. setidaknya sih buat gua yaa!
mungkin itu salah satu sebab kenapa gua ngga bisa menyelesaikan membaca nih buku dengan cepat, karena mindset gua saat mulai membacanya adalah : gua harus menyelesaikannya dengan cepat lalu menulis review-nya untuk kemudian move on ke buku berikutnya, ahahahahaha..
jelas ga match bangets ama ritme nih buku sendiri :p
jadilah gua membacanya sambil diselingi buku2 lain, walau lebih banyak dianggurin sih, tapi lucunya, ketika kembali melanjutkan baca, ada semacam rasa akrab dan hangat ketika mulai menenggelamkan diri lagi dalam kehidupan tokoh2 yang dibahas di 'kelas memasak lilian'.
uniknya dari nih buku yang menampilkan kisah dari 8 kisah (satu kisah lainnya adalah mengenai lilian, jadi total kisahnya ada 9) dari peserta kelas masak yang diadakan sebulan sekali oleh lilian di restonya setiap hari senin pada saat restorannya tutup.
cerita bermula dari lilian, lalu disusul oleh claire dan berturut2 carl, antonia, tom, chloe, isabelle, dan helen pun mengekor, ditutup dengan ian.
yang menjadikan buku ini menarik juga karena ada kaitan di antara beberapa pesertanya, semisal carl dan helen yang adalah pasangan suami istri dan di kedua kisah diceritakan mengenai pengkhianatan yang dilakukan oleh helen dalam pernikahan mereka, yang artinya kisah yang sama dikisahkan dalam dua sisi dan sudut pandang yang berbeda! lalu ada juga ibu dan anak yang sama2 mengikuti kelas memasak ini, bisa tebak ga siapakah mereka ituu? dan psstt.. tahukah kalian bahwa ada cinta yang bersemi di antara harum masakan yang mengisi paru2 para peserta di setiap hari senin?
banyak hal yang bisa dipetik dari buku ini, beberapa di antaranya pernah gua ceritakan di "scene on three" yang ini dan ini serta satu lagi menyusul untuk "scene on three" di edisi 30 september nanti, upppss.. jadi bocor duluan dhe, hahahahahaha :))
anywayy.. kemaren pas menghabiskan sisa halaman nih buku, ada lagi adegan lainnya yang menurut gua menarik, yang akan gua share di postingan ini..
halaman 214
gua suka sama apa yang dibilang antonia bahwa terkadang tidak tahu apa2 itu memang ada bagusnya, karena jadi ngga mikirin beragam hal mengapa sesuatu itu bisa gagal, hahahahahaha :)) kadang khan kalau tau banyak 'fakta' itu justru bikin kita jadi takut untuk melangkah ya karena rasa takut gagal itu bisa menghinggapi dan mencengkram dengan sedemikian kuatnya.. sementara kalau ngga tau apa2 justru bisa memberi perasaan bahwa hal itu bisa dan mungkin tercapai :D
satu lagi nihh..
halaman 215
lagi2, ga tau kenapaa.. gua suka dhe ama yang dibilang ayahnya antonia, hahahaha.. terkadang memang kita membutuhkan alasan untuk tinggal dan alasan untuk beranjak pergi. and some other times.. you just do it tanpa terlalu memusingkan soal alasan mengapa harus melakukan sesuatu, haha, pernah ga sih merasa seperti ituu?
anywayy.. ada perasaan lega karena berhasil menyelesaikan nih buku, plus perasaan bahagia karena walaupun lambaatt.. somewhat gua menikmati membacanya sambil sesekali menggigitnya ataupun hanya mengulumnya sampai rasa itu habis baru ditelan, hahahaha..
*ini lagi ngomongin buku atau makanan sihhh? :p*
oh iyaa.. mungkin bisa juga mencoba beberapa resep yang ada di buku ini.. belum pernah dipraktekin sih tapi membaca buku yang satu ini bikin gua merasa bahwa ada sesuatu yang 'terjadi' dalam proses masak yang bisa mempengaruhi perasaan hati orang yang memakannya, hahahahaha :))
4 bintang untuk kelas memasak lilian.
sampai jumpaa di buku2 lainnya ;)
kamis 26/9 (3:31 pm)
No comments:
Post a Comment
~.thank you for coming.~