macaroon love
winda krisnadefa
qanita, maret 2013
selasa 25/6 (8:24 pm)
magali. nama yang ga biasa dan ga umum ya. belum lagi dengan beau, sepupu nyentriknya yang setengah bule dan sejak umur 14 tahun telah tinggal bersamanya dan nene.
sudah 2 tahun lamanya magali bekerja sebagai freelance di sebuah majalah, tugasnya adalah membuat laporan peliputan restoran di kawasan bintaro-kemang.
perjumpaan tidak sengajanya dengan teman sma-nya di metro mini, membawanya ke sebuah resto bernama sama dengan dirinya di wilayah fatmawati. suguhan magali, nama restoran itu dimiliki oleh ammar, pria yang membuat magali teringat pada chef terkenal asal australia, adriano zumbo.
ammar pula yang membuat magali untuk pertama kalinya bertanya kepada nene, sang nenek yang membesarkannya, mengenai arti jatuh cinta. magali hanya bertemu dengan ayahnya selama 2 bulan dalam setahun, pekerjaannya sebagai cook di kapal pesiar terpaksa menjauhkannya dari anak semata wayangnya. walau jarang bertemu, magali tetap merasa kehilangan saat sang ayah meninggal.
magali memang tidak seperti perempuan kebanyakan, ia bahkan tidak bisa mengenali perasaannya sendiri terhadap ammar. untung saja pada akhirnya gayung bersambut, dan ammar yang telah setia menunggu magali selama enam bulan sejak mengungkapkan perasaannya, akhirnya bisa mendengar kata cinta keluar dari mulut gadis yang dicintainya.
mungkin karena udah lama juga ya gua kehilangan minat terhadap cerita romans, jadi kalau baca yang kaya gini suka berasa lamaa banget berasa tune in-nya :))
bagian yang gua suka dari novel ini justru bukan di bagian percintaan antara ammar dan magali, tapi lebih kepada sifat nyentriknya magali dan pemikirannya yang seringkali 'menyuarakan' hal penting yang luput untuk dibahas lebih lanjut.
semisal di halaman 41 -> cita2 kan, tidak harus terdengar bombastis agar yang mendengar ternganga! bukan untuk itu cita2 diciptakan! .. cita2 itu adalah pencapaian yang memberi kepuasan kepada diri sendiri, bukan orang lain.
tetap bertahan menjadi diri sendiri yang berbeda di tengah kerumunan yang cenderung seragam itu jelas ga gampang.
anywayy.. sempat membaca cerita ini ketika winda dulu menayangkannya di blog and menurut gua sub judul2nya itu menarik bangets and jelas lebih memudahkan kalau pas mau baca ulang bagian2 tertentu, ga seperti pas udah jadi novel and dipisahkan per bab tanpa keterangan.
anywayy.. selamat ya, winda, atas novel perdananya di major publisher, dan pastinya akan banyak menyusul novel2 lainnya yang bisa dinikmati para pencinta buku indonesia ^o^
selasa 25/6 (11:15 pm)
magali. nama yang ga biasa dan ga umum ya. belum lagi dengan beau, sepupu nyentriknya yang setengah bule dan sejak umur 14 tahun telah tinggal bersamanya dan nene.
sudah 2 tahun lamanya magali bekerja sebagai freelance di sebuah majalah, tugasnya adalah membuat laporan peliputan restoran di kawasan bintaro-kemang.
perjumpaan tidak sengajanya dengan teman sma-nya di metro mini, membawanya ke sebuah resto bernama sama dengan dirinya di wilayah fatmawati. suguhan magali, nama restoran itu dimiliki oleh ammar, pria yang membuat magali teringat pada chef terkenal asal australia, adriano zumbo.
ammar pula yang membuat magali untuk pertama kalinya bertanya kepada nene, sang nenek yang membesarkannya, mengenai arti jatuh cinta. magali hanya bertemu dengan ayahnya selama 2 bulan dalam setahun, pekerjaannya sebagai cook di kapal pesiar terpaksa menjauhkannya dari anak semata wayangnya. walau jarang bertemu, magali tetap merasa kehilangan saat sang ayah meninggal.
magali memang tidak seperti perempuan kebanyakan, ia bahkan tidak bisa mengenali perasaannya sendiri terhadap ammar. untung saja pada akhirnya gayung bersambut, dan ammar yang telah setia menunggu magali selama enam bulan sejak mengungkapkan perasaannya, akhirnya bisa mendengar kata cinta keluar dari mulut gadis yang dicintainya.
mungkin karena udah lama juga ya gua kehilangan minat terhadap cerita romans, jadi kalau baca yang kaya gini suka berasa lamaa banget berasa tune in-nya :))
bagian yang gua suka dari novel ini justru bukan di bagian percintaan antara ammar dan magali, tapi lebih kepada sifat nyentriknya magali dan pemikirannya yang seringkali 'menyuarakan' hal penting yang luput untuk dibahas lebih lanjut.
semisal di halaman 41 -> cita2 kan, tidak harus terdengar bombastis agar yang mendengar ternganga! bukan untuk itu cita2 diciptakan! .. cita2 itu adalah pencapaian yang memberi kepuasan kepada diri sendiri, bukan orang lain.
tetap bertahan menjadi diri sendiri yang berbeda di tengah kerumunan yang cenderung seragam itu jelas ga gampang.
anywayy.. sempat membaca cerita ini ketika winda dulu menayangkannya di blog and menurut gua sub judul2nya itu menarik bangets and jelas lebih memudahkan kalau pas mau baca ulang bagian2 tertentu, ga seperti pas udah jadi novel and dipisahkan per bab tanpa keterangan.
anywayy.. selamat ya, winda, atas novel perdananya di major publisher, dan pastinya akan banyak menyusul novel2 lainnya yang bisa dinikmati para pencinta buku indonesia ^o^
selasa 25/6 (11:15 pm)
Wah..sampe sekarang gw belum kesampaian bikin resensinya Magali :'(
ReplyDelete